RBA Naikkan Pedoman Suku Bunga, Apakah BoE Jadi yang Berikutnya?

Agustus 03, 2022 00:13

Sesuai perkiraan, Reserve Bank of Australia menaikkan pedoman suku bunga utamanya dari 1.35 persen menjadi 1.85 persen dalam keputusan kebijakan moneter terbarunya. Tindakan penyeimbangan bank sentral antara menahan inflasi dengan menaikkan suku bunga sambil menjaga pertumbuhan ekonomi adalah hal yang sulit.

“Prospek untuk pertumbuhan ekonomi global telah diturunkan karena tekanan pada pendapatan riil dari inflasi yang lebih tinggi, pengetatan kebijakan moneter di sebagian besar negara...” ungkap Gubernur RBA, Philip Lowe.

Selain itu, inflasi di Australia lebih tinggi sejak tahun 1990 dan bank sentral itu akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mengembalikannya ke target normal kisaran 2 hingga 3 persen. Meskipun demikian, ekonomi negara itu mengalami pertumbuhan dan PDB diperkirakan akan mencapai 3.25 persen untuk setahun penuh. Menurut pernyataannya, asumsi bank sentral tersebut didasarkan pada angka pekerjaan dan kondisi pembelanjaan konsumen yang kuat. Kenaikan di aktivitas industri China juga mendukung ekonomi Australia.

Bank sentral berikutnya yang akan mengeluarkan analisis kebijakan moneter dan keputusan suku bunga adalah Bank of England (BoE) yang dijadwalkan akan bertemu pada hari Kamis, 4 Agustus. BoE diperkirakan akan menaikkan pedoman suku bunga utamanya untuk mendinginkan inflasi, yang mencapai temperatur tinggi di 9.4 persen pada bulan Juni. Karena inflasi berasa di atas level target khusus di sekitar 2 persen, kemungkinan kebijakan suku bunga yang lebih hawkish memicu kekhawatiran akan resesi teknis di Inggris yang serupa dengan AS, yang baru-baru ini mencatat pertumbuhan negatif untuk dua kuartal berturut-turut.

BoE diperkirakan akan menaikkan pedoman suku bunga utamanya dari level saat ini di 1.25 persen menjadi 1.5 persen. Namun, mengingat tingkat inflasi yang tinggi, ada spekulasi bahwa suku bunga bisa mencapai 1.75 persen. Ini akan menekan pembelanjaan konsumen terhadap latar belakang gaji yang tidak dapat menyaingi laju inflasi.

Tajuk berita peristiwa trading terakhir minggu ini adalah laporan Non-Farm Payrolls (NFP) AS pada hari Jumat, 5 Agustus. Sekarang AS berada dalam resesi teknis, sehingga petunjuk kelemahan apa pun di pasar tenaga kerja dapat mempengaruhi keyakinan dasar terhadap USD. Tolak ukur NFP diperkirakan telah turun dari 372K menjadi 250K dan kenaikan atau penurunan apa pun yang mengejutkan dapat menggerakkan pasangan mata uang USD.

Akahkah laporan NFP bulan Juli mengakhiri beberapa bulan terakhir dari kekuatan USD dengan muncul di bawah ekspektasi? Pertanyaan ini adalah untuk trader emas yang menunggu terungkapnya efek resesi dalam ekonomi AS, oleh karenanya mengangkat dukungan aset terkait emas muai dari harga spot emas hingga saham tambang emas. Jika laporan NFP sesuai atau melampaui ekspektasi, mereka yang bullish pada emas kemungkinan akan lebih banyak menunggu ke depannya.

Untuk lebih banyak berita trading, kunjungi Kalender Forex Admirals.

Berlatih trading di akun demo bebas risiko dari Admirals. Klik banner di bawah untuk daftar hari ini!

Akun Demo Bebas Risiko

Daftar akun demo online gratis dan kuasai strategi trading Anda

Materi ini tidak mengandung dan tidak boleh ditafsirkan sebagai nasihat investasi, rekomendasi investasi, penawaran, atau ajakan untuk melakukan transaksi apa pun dalam instrumen keuangan. Harap dicatat bahwa analisis perdagangan seperti ini bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja saat ini atau di masa depan, karena keadaan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Sebelum membuat keputusan investasi apa pun, Anda harus mencari saran dari penasihat keuangan independen untuk memastikan bahwa Anda mengerti risikonya.

Sarah Fenwick
Sarah Fenwick Penulis Keuangan

Sarah Fenwick memiliki latar belakang jurnalisme dan komunikasi. Sebelumnya ia bekerja sebagai koresponden yang meliput berita untuk Bursa Efek Swiss dan ia telah menulis tentang keuangan dan ekonomi selama 15 tahun.